Minggu, 29 Juli 2018

When I knew that my real life was begun

Halo! Perkenalkan, namaku M. Tietoja Akbar Baroroh.


FYI "tietoja" itu berasal dari bahasa finlandia yang berarti informasi. Jangan salah kaprah ya! ini bukan bahasa jawa atau bahasa daerah lainnya. Belajar jadi orang intelek dikit lah yaa sekali-kali agak kesel sih sebenernya sama nama ini karena sering diledekin sama teman bahkan guru.. hmm. Dan seperti biasa, M. itu sebagai singkatan dari muhammad dan yang lainnya itu bahasa arab. Cari tau sendiri artinya di kamus, males jelasin wkwkwk .

Jadi gini, tujuan awal aku buat blog ini adalah buat ngeshare pengalaman hidupku selama ini yang mungkin jarang terjadi atau bahkan belum pernah orang lain alami. But wait! ini bukan kisah sukses atau karangan fiksi belaka loh ya! wkwk jadi karena sekarang aku lagi gabut nunggu waktu-waktu masuk kuliah sambil ngulang lagi ujian tulis tahun depan di jurusan yang aku inginkan.

Okee start....

Awal mula aku mengerti tentang pahit manisnya perjalanan hidupku yang sesungguhnya itu terjadi ketika aku 12 tahun. Saat itu, aku lulus dari sekolah dasar di surabaya, dekat rumahku. Nah, saat itu benar.. aku masih seorang bocah lugu yang tak tahu apa-apa..

Tak tahu apa-apa dalam arti bukan bocah goblok yang gak bisa baca nulis atau bodoh dlm akademik loh yaa kwkwk tapi dalam arti POLOS. Ga seperti bocah masa kini yang alayy maen tikto*, dll kwkkw

Jadi, waktu itu aku seorang anak yang patuh banget sama orang tua, rajin ibadah wajib dan sunnah dan ga pernah berkata kasar. (belum pernah ngomong kata2 org asli surabaya pada umumnya, ex. jan***, dll wkwkwk)

Trus, selain itu.. keluargaku merupakan sosok yang taat pada agama. Mulai dari canggah (orangtua buyut), buyut, kakek, nenek adalah orang agamis. mereka semua pernah ngayom di pesantren. Bahkan ada beberapa dari mereka merupakan seorang ustad dan kyai.

Nah, walaupun menge (sebutanku pada ibuku sendri di masa kecil wkwk) ga pernah hidup di pesantren tapi sodaranya /om dan tanteku pernah di pesantren. Ayahku sendiri ga pernah juga tapi punya keinginan anak2nya sekolah di salah satu pesantren terbaik di daerahku.

Kemudian, ayahku punya rencana buat menyekolahkan aku di salah satu pesantren terbaik di kota mojokerto melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan)  yang merupakan jalur seleksi beasiswa dengan syarat nilai raport rerata >85 beserta ujian tulis yang meliputi kemampuan umum (Bahasa indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS) serta ilmu2 madrasah seperti Bahasa Arab dan Pend. Agama islam). Oh yaa ada tes mengaji sama tes TPA dan Psikologi juga di hari yang kedua.

Hari tes pun tiba, aku masih ingat betul waktu itu tanggal 25-26 Mei 2012 aku ikut tesnya dan enjoy ngerjainnya. Temen satu sd ku dan temen rumah agak ngeluh sih sama soal2 di hari pertama. Mereka ga sendiri... ratusan peserta dari sekolah dan daerah lain berkata demikian.

Pengumumannya berselang 6 hari dan ayahku yang ambil pengumumannya di lokasi. Pengumuman itu berupa amplop putih yang isinya berupa secarik kertas hasil seleksi. Jadi, kebetulan banget setelah pulang kerja di daerah Mojokerto langsung ambil itu dan bergegas balik ke surabaya.

Hari itu hari sabtu, sore hari sekitar jam 5. Ayahku datang ke rumah sambil senyum2 dan aku lagi liat kartun kesayanganku di TV. Ibuku sedang di kamar barusan pulang kerja juga. Nah, kemudian surat itu diberikan ke ibuku dan ibuku langsung menangis... menangis tersedu dan memanggil aku. Saat aku tiba, ibuku memelukku...

"Selamat ya nak, yang lolos seleksi hanya 3 anak dari 113 siswa," kata ibuku.

Sontak, aku bengong dan masih ga percaya sama hasilnya dan ketika aku bengong ibu sama ayahku mengajak aku untuk sujud syukur seraya berucap "alhamdulillah ya allah../ thank godness" berulang kali.

Besok lusanya, ketika aku dan temanku yang ikut tes ditanya di sekolahku oleh seorang guru/ustad yang merupakan wali kelasku.

"Gimana hasil tesnya?," Beliau berkata

"Alhamdulillah ustad," Aku membalasnya

Raut muka sedih dan kecewa masih ada di wajah temanku itu dan aku turut prihatin. Padahal sebenernya nilai rapor dia lebih tinggi dan rank nya di kelas juga lebih tinggi ketimbang aku. Tapi pada akhirnya dia tetep masuk pesantren bareng aku dengan jalur reguler.